Para local heroes ini adalah sosok-sosok penting yang akan mewujudkan ide besar untuk menjadikan kuliner Indonesia mendunia, sesuai dengan tema Ubud Food Festival 2019 Presented by ABC kali ini yaitu Spice Up the World. Memilah rempah, meracik bumbu, memainkan alat masak, mengolah bahan makanan, hingga menghadirkan presentasi kuliner menggoda, telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Minggu ini, kami berbincang dengan chef sekaligus pendiri Djamoekoe Arif Springs yang akan menjadi salah satu pembicara #ABCUFF19.
Bisa diceritakan tentang diri Chef Arif?
Saya lahir dari keluarga sederhana. Saat belajar dunia kuliner, saya lebih banyak belajar mengenai masakan daerah saya yaitu masakan Sunda. Kemudian, saya masuk ke salah satu culinary school di Jakarta dan belajar banyak tentang masakan internasional dan nasional. Saya pernah kuliah sambil bekerja sebagai juru masak di Asrama Paspampres. Setiap hari Kamis, saya harus menyajikan menu-menu khas nusantara untuk para Jendral. Itu adalah pengalaman yang menarik karena saya dituntut untuk menyajikan menu nusantara secara rutin. Selanjutnya saya pindah ke Bali dan bergelut dengan diet food dan raw food yang sehat, sebelum akhirnya menekuni jamu dan mendirikan Djamoekoe.
Mengapa pada akhirnya Chef Arif mendirikan Djamoekoe?
Pada tahun kedua saya menjadi speaker di Ubud Food Festival, saya diminta untuk mengisi sesi yang membicarakan tentang tamanan lokal dengan tema Jamu for You. Saat itu, saya membuat delapan jenis jamu tradisional. Dari sana saya melihat respon masyarakat mancanegara maupun lokal terhadap jamu sangat tinggi. Banyak yang ingin mengetahui hal tentang jamu, dari sejarah, filosofi, hingga manfaatnya untuk kesehatan. Itulah yang mendorong saya untuk membuka bisnis jamu. Saya keluar dari perkerjaan saya sebagai seorang chef di salah satu restoran di Ubud, kemudian merintis dan mengembangkan Djamoekoe.
Setelah mendirikan Djamoekoe, apakah kegiatan sebagai sebagai seorang chef masih berjalan?
Sekarang, saya lebih memilih fokus untuk mengembangkan bisnis saya. Namun, saya juga masih sering mengisi kegiatan yang berkaitan dengan dunia kuliner yang saya tekuni. Saya masih mengisi sesi di festival kuliner, cooking class, jamu class, serta menjadi konsultan untuk restoran yang menawarkan konsep menu-menu sehat.
Sebagai seorang chef, pengusaha, dan guru jamu, adakah tips bagi generasi muda yang berminat untuk mendalami dunia kuliner?
Ada sedikit tips bagi yang menekuni dunia kuliner khususnya chef. Setelah mendapat pengalaman dan pendidikan yang baik di bidang kuliner, saya sarankan untuk melatih rasa atau kecap. Kalau bisa melatih indra pengecap, maka kamu bisa memahami setiap rasa di dunia. Dengan begitu, kamu bisa berkreasi di dunia kuliner.
Selain itu, coba pelajari masakan nusantara. Kalau kamu benar-benar belajar masakan nusantara dan menjadi ahli masakan nusantara, ini akan menjadi poin yang sangat baik. Saat ini, jarang sekali ada chef dari Indonesia yang menekuni masakan daerah. Kamu bisa menjadi salah satunya.
Tema Ubud Food Festival 2019 Presented by ABC kali ini adalah Spice Up the World yaitu ide untuk menjadikan kuliner Indonesia mendunia. Apa yang Chef Arif harapkan dari UFF tahun ini?
Lewat festival kuliner ini, saya berharap masakan Indonesia bisa lebih dikenal dan diterima di mancanegara. Bukan hanya sebatas soto ayam, rendang, dan ayam goreng saja. Kuliner Indonesia tidak boleh kalah dari masakan asal Thailand karena sebenarnya kuliner Indonesia justru lebih kaya metode dan teknik memasaknya. Saya berharap bisa melihat lebih banyak kreasi-kreasi kuliner Indonesia di Ubud Food Festival.
Adakah pesan untuk foodies yang ingin datang ke UFF19 tahun ini?
Saya melihat UFF sebagai festival kuliner yang selalu hadir dengan ide-ide kreatif dan menarik. Siapa saja yang datang ke sini bisa belajar banyak dari chef-chef yang diundang, baik yang lokal maupun internasional. Jangan dilewatkan!