The Minahasans of North Sulawesi are a feisty, fiery people. Their remarkably diverse cuisine, influenced by the Portuguese and Chinese, is renowned throughout Indonesia as some of the spiciest. Tinutuan (the local name for bubur Manado) is an official city icon of the northern capital. Bubur (porridge) is enjoyed for breakfast in many regions of the archipelago, but Manado’s is the most colorful and nutritious. Stirred through the soupy, soft rice is spinach, cassava, pumpkin, sweet corn and sweet potato – turning it a cheery bright yellow. It’s served with a sprinkling of fried shallots and dosed with spoonfuls of sambal.
To accompany tinutuan you can’t go past a couple of perkedel nike – crunchy, salty fritters of red onion and tiny freshwater anchovies. The fish are sourced from Tondano Lake, southeast of Manado, and are endemic to the area – making the moreish snack extra special!
Where to try it: Dego Dego, Jl. Wakeke 3, No. 11, Wenang Utara, Manado.
Where do you think serves the best bubur Manado?
—
Tradisi kuliner masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara banyak dipengaruhi oleh bangsa Portugis dan Tiongkok, dan terkenal sebagai salah satu yang paling pedas di Indonesia. Salah satu hidangan favorit di Manado adalah Tinutuan atau bubur Manado yang biasa dinikmati untuk sarapan. Tinutuan adalah hidangan yang bergizi dan kaya rasa karena banyaknya bahan yang dicampur ke dalamnya, seperti beras, bayam, singkong, labu, jagung, dan ubi. Tinutuan biasanya disajikan bersama sambal dan perkedel nike.
Perkedel nike sama seperti perkedel kebanyakan di Indonesia yang digoreng, namun untuk yang satu ini terbuat dari ikan nike. Ikan nike adalah ikan yang hanya bisa ditemukan di Danau Tondano, Tenggara dari Manado, menjadikan perkedel nike adalah makanan yang sangat spesial.
Coba Tinutuan dan perkedel nike di Dego Dego, Jalan Wakeke 3, No. 11, Wenang Utara, Manado.
Dimana tempat Tinutuan favorit Anda?